Daftar Blog Saya

Minggu, 22 Mei 2011

Artikel Sastra Anak "Pelecehan Seksual pada Anak-anak"

Pelecehan Seksual pada Anak-anak

NURUL MAIMUNAH SIREGAR

Abstrak

Akhir-akhir ini kita kerap mendengar kisah horor di media tentang anak-anak atau remaja yang dianiaya atau diserang secara seksual. Cerita macam itu tentu menimbulkan ketakutan dan paranoid di kalangan orang tua.

Terlebih untuk memastikan keamanan anak-anak dari pemangsa seksual. Memahami "Proses Grooming" dan mengenali tanda-tanda bahaya dari 'Grooming' adalah langkah pertama orang tua mempersenjatai diri dengan informasi yang diperlukan demi mengurangi rasa takut sekaligus melindungi anak-anak kita dari pemangsa seksual.

Kata kunci : Pelecehan seksual, anak-anak.

  1. Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir ini topik mengenai pelecehan telah meroket dalam kesadaran orang Amerika Utara. Sepertinya setiap bulan ada saja skandal, kasus pengadilan, atau kesaksian baru yang memenuhi media. Tingkat pemberitaan di media yang begitu tinggi mengejutkan kita, dan akhirnya membuat kita kebal terhadap kehancuran yang bertambah-tambah dalam kehidupan begitu banyak orang. Kita mungkin mulai bertanya-tanya: apakah semua ini suatu kenyataan dan kapan hal ini akan berakhir?

Walaupun kelihatannya sangat mengerikan, namun pelecehan tidak akan hilang begitu saja. Semua penghalang penolakan telah disingkirkan (termasuk respon yang seimbang dan yang tidak seimbang), dan mungkin akan terus berlanjut untuk membuat media jenuh sampai masyarakat kita menjadi capai mendengarkan cerita-cerita yang mengerikan itu.

Yang menyedihkan, dunia sekuler tidak mempunyai cukup kuasa untuk menghentikan atau memberikan kesembuhan yang efektif bagi para korban. Bahkan dengan penyingkapan di media saat ini, warta berita dan dunia hiburan tidak dapat menghapuskan masalah ini. Agen-agen pelayanan sosial dapat memberikan pertolongan pertama untuk para korban, tetapi tidak dapat memberikan solusi jangka panjang.

  1. Pembahasan

Akhir-akhir ini kita kerap mendengar kisah horor di media tentang anak-anak atau remaja yang dianiaya atau diserang secara seksual. Cerita macam itu tentu menimbulkan ketakutan dan paranoid di kalangan orang tua.

Terlebih untuk memastikan keamanan anak-anak dari pemangsa seksual. Memahami "Proses Grooming" dan mengenali tanda-tanda bahaya dari 'Grooming' adalah langkah pertama orang tua mempersenjatai diri dengan informasi yang diperlukan demi mengurangi rasa takut sekaligus melindungi anak-anak kita dari pemangsa seksual.

Apa maksud "Grooming" di sini? Kata tersebut menurut kamus bermakna afeksi dalam hubungan antar manusia (juga hewan) melalui sentuhan fisik. Dalam konteks sosial, grooming dilakukan oleh mereka yang memiliki kedekatan dan ikatan demi membentuk struktur sosial.

Namun, untuk para pemangsa seksual, grooming berarti proses mengidentifikasi dan melibatkan anak dalam aktivitas seksual. Di dalamnya tidak ada keseimbangan, melainkan seorang berkuasa atas yang lain dan melibatkan rayuan, paksaan serta manipulasi. Proses tersebut juga melibatkan motivasi dan niat untuk mengeploitasi anak secara,seksual.

Lalu siapa yang ditarget? Pemangsa kerap menarget anak-anak mudah diserang dengan kelemahan sangat nyata: tidak populer, kurang kasih sayang, mereka yang mencari cinta dan perhatian di luar, tidak percaya diri, terisolasi dari khalayak, sering menghabiskan waktu sendiri, kurang diawasi orang tua dan mengalami masalah keluarga.

Bagaimana korban didekati oleh pemangsa? Kerap, di awal-awal, para pemangsa menampilkan kesan positif terhadap anak. Mereka menunjukkan ketertarikan pada anak kecil dan kerap menyenangkan hati mereka. Predator tersebut juga belajar perilaku anak, kesukaan dan ketidaksukaan mereka. Intinya, mereka berpura-pura berbagi ketertarikan, latar belakang, pengalaman atau apa pun yang serupa demi memikat anak-anak.

Apa sebenarnya tujuan utama mereka? Mereka pada dasarnya adalah penjahat dan niat orang jahat adalah membuat seseorang jadi korban dengan meningkatkan akses ke korban serta menutupi tujuannya agar tak diendus atau diungkap oleh orang lain, bahkan oleh si korban.

Tujuan pemangsa juga untuk membuat korban potensial merasa cukup nyaman berada dekat si penyerang, untuk hanya berdua saja dengan pemangsa dan untuk melakukan perilaku seksual secara sembunyi-sembunyi.

Bagi para orang tua ada beberapa yang perlu diwaspadai terkait proses pemangsa mendekati si korban. Proses tersebut, menurut ahli tumbuh kembang anak, Donna L. Stewart, Ph.D, umumnya mengandung beberapa langkah-langkah, yakni :

  • Membangun kepercayaan dan meruntuhkan pertahan diri seorang anak
  • Berpura-pura berbagi ketertarikan, latar belakang, pengalaman dan lain hal yang serupa
  • Memberi hadiah sebagai cinderamata pertemanan
  • Mengajak bermain-main
  • Memberi tumpangan kendaraan
  • Memberi akses berharga, hal pribadi, keleluasaan atau melakukan aktivitas yang kerap tanpa batas.
  • Menjadi pendengar yang baik dan memberi simpati, contoh dengan ungkapan "Tidak ada seorang pun yang mengerti selain aku, "Saya di sini untukmu", atau "Aku tahu seperti apa itu rasanya"
  • Berusaha meyakinkan keluarga
  • Melakukan hubungan dekat dengan orang tua (orang tua tunggal atau keluarga berantakan adalah target utama)
  • Berupaya memperoleh kepercayaan atau mengambil keuntungan kepercayaan orang tua si anak atau pengasuh anak
  • Berperilaku sebaik dan sewajar mungkin untuk menghilangkan kemungkinan dicurigai
  • Secara bertahap mengikis batas-batas
  • Meningkatkan kontak fisik secara tidak wajar seperti memeluk, menyentuh area tubuh tidak berbahaya (tangan, menggosok punggung, menggaruk rambut)
  • Berpura-pura tidak sengaja menyentuh atau bertubrukan dengan si bocah
  • Memposisikan fisik berdekatan dengan calon korban (tidur di ranjang sama)
  • Melibatkan anak dalam perilaku non-seksual yang tidak tepat (merokok, minum alkohol)
  • Menyentuh atau mengelus di bagian tubuh anak secara tak wajar
  • Melakukan hubungan diam-diam dengan anak
  • Menyusupkan pikiran ketakutan dalam anak bahwa ia akan mendapat masalah besar bila aktivitas mereka terungkap
  • Mengatakan pada anak bahwa sentuhan antara mereka adalah baik dan hubungan mereka spesial.
  • Memberi tahu anak ada konsekuensi jika mereka melaporkan perilaku tersebut, contoh "Keluargamu akan membencimu"
  • Berupaya membuat si anak patuh
  • Meningkatkan intensitas perilaku seksual berkali-kali
  • Memanipulasi anak untuk melakukan atau membolehkan mereka melakukan aktivitas seksual yang anak-anak suka
  • Mengancam melukai korban atau seseorang yang dekat dengan korban jika mereka tidak menurut

Ketika ada tanda mencurigakan, kunci utama adalah melihat pola baik tersangka pemangsa dan orang yang dicurigai korban. Sebab dari sana akan memberi petunjuk apakah grooming terjadi. Juga perhatikan apakah ada perbedaan dominasi dan pengaruh dalam hubungan yang dicurigai tersebut, seperti ketidakseimbangan? Apakah si anak dimanipulasi oleh orang yang dicurigai adalah pemangsa?

Sebagai tambahan tanya pada diri sendiri, bila orang yang berniat jahat itu pergi, apakah ia selalu berupaya mendapat kepercayaan anda sebagai penjaga, pengasuh anak anda, atau berperilaku seperti orang yang terbaik untuk membuat setiap orang percaya ia 'berniat baik'. Itu semua adalah pertanyaan krusial untuk diajukan demi mengidentifikasi tanda peringatan kejahatan seksual.

Jika anda mencurigai anak anda ditarget, segeralah batasi interaksi anak anda dengan individu yang mencurigakan tersebut. Dalam lingkungan yang mendukung dan aman, libatkan anak anda dalam percakapan yang menggunakan bahasa-bahasa sopan, terlepas hubungan dan interaksi dengan sosok tersebut. Jika anda menemukan anak anda telah menjadi korban seksual, segera kontak petugas berwenang untuk untuk memastikan langkah kedepan secepat mungkin. Persempit kemungkinan ia menarget korban lain.

Untuk langkah pencegahan, sangat direkomendasikan untuk selalu memperhatikan anak anda dan orang-orang disekitar kehidupan anak anda. Jangan menggantungkan tanggung jawab anak anda ke orang lain tanpa menanyai, mempelajari karakter dan motivasi mereka.

Orang tua seharusnya tahu siapa guru anak-anaknya, pelatih olah raga, pengasuh di penitipan anak, pemimpin perkumpulan pemuda, teman-teman mereka dan orang-orang dewasa lain yang terlibat secara signifikan dalam hidup anak anda. Ajukan pertanyaan, lagi dan lagi jika diperlukan. Selalu terlibat dan sadar serta membuat kunjungan mendadak ke tempat-tempat di mana anak anda beraktivitas. Itu adalah strategi terbaik untuk melindungi anak anda dari pemangsa seksual.

Juga sangat penting untuk berbicara dengan anak anda, menggunakan bahasa yang patut dan sopan, memberi tahu mereka sentuhan-sentuhan yang wajar dan tidak wajar dengan orang lain, baik saudara, non-saudara, dewasa atau anak-anak dan remaja lain. Ajarkan pula anak anda mengenali perilaku grooming.

Hal paling penting, didik anak untuk mempercayai orang tua atas masalah yang mereka hadapi dan meyakinkan mereka melalui aksi nyata anda, bukan hanya kata. Dengan demikian anak akan selalu membawa masalah mereka ke pada anda kapan saja tanpa khawatir hukuman atau kritikan.

Bisa jadi semua anjuran tersebut sangat menantang bagi orang tua bila benar-benar diterapkan, bahkan terasa aneh. Namun lebih baik aman saat ini daripada menyesal kemudian hari.

2.1 Definisi Pelecehan

Untuk menolong mengaplikasikan kuasa Tuhan pada masalah ini, kita perlu mempunyai pengertian yang lebih dalam mengenai pelecehan. Penting sekali untuk kita mempunyai definisi yang benar. (Untuk kepentingan artikel ini saya akan mengkhususkan pada pelecehan terhadap anak-anak.) Pelecehan yang terjadi pada masa kanak-kanak, dalam berbagai macam bentuk, dapat didefinisikan sebagai setiap tindakan kekerasan yang dipaksakan atas seorang anak yang meninggalkan kehancuran. Suatu gambaran yang tepat mengenai hal ini adalah sebuah senjata (sebuah peluru, lembing, panah, dsb). Kapasitas dari sebuah senjata untuk menghancurkan dapat ditentukan dari besarnya kekuatan yang ada di balik senjata itu. Sebuah senjata pertama-tama menyentuh tubuh seseorang pada kulit—yaitu pertahanan kita di bagian luar. Lalu senjata itu masuk kedalam tubuh dimana ia kemudian menimbulkan kerusakan (merobek daging, mematahkan tulang). Apabila sebuah luka tidak diobati dengan baik, atau hanya dilindungi dengan sebuah pembalut luka, maka pada akhirnya terjadilah infeksi. Pelecehan itu adalah seperti sebuah senjata terhadap jiwa (tubuh dan roh). Itu adalah suatu tindakan—secara jasmani, seks, emosi, rohani, atau kelalaian—dengan kekuatan yang besar di balik itu, yang melampaui keselamatan dan batasan kita sendiri secara pribadi dan masuk kedalam jiwa kita di mana ia menimbulkan kehancuran. Karena biasanya bila terjadi pelecehan maka hal itu dirahasiakan, sehingga kebanyakan luka yang ditimbulkan itu tidak disembuhkan, dan kemudian dipengaruhi rasa malu, membenci diri sendiri, dan tekanan batin.

Kekuatan yang ada dibalik tindakan (atau senjata) itulah yang merupakan faktor utamanya. Pelecehan itu tidak diukur dari tindakan itu sendiri, tetapi dari kehancuran yang ditinggalkannya. Bagi orang dewasa adalah sangat mudah untuk meremehkan pengalaman pelecehan pada masa kanak-kanak dengan mengatakan, ”Oo, kejadiannya tidak seburuk itu. Ada banyak orang lain yang mengalami hal yang lebih buruk dari saya.” Masalahnya berfokus pada kejadiannya, dan bukan kepada dampak yang ditinggalkannya dalam hati dan jiwa mereka. Itu sama saja dengan mengatakan, ”Saya hanya terluka karena tusukan jarum,” tetapi jarum masuk kedalam tubuh dan melukai saraf-saraf dan pembuluh-pembuluh darah yang penting.

2.2 Pelecehan Seksual

Salah satu bentuk pelecehan paling menghancurkan yang dilakukan pada anak-anak adalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual adalah: setiap tindakan seksual (secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi) yang dipaksakan atas seorang anak di bawah umur delapan belas tahun. Sudah terlalu lama kebudayaan kita mendefinisikan pelecehan dalam arti hubungan kelamin saja. Pelecehan seksual dapat meliputi setiap tindakan kekerasan seksual—dari persetubuhan sampai penyimpangan seks voyeurism (dilirik secara seksual). Anak-anak tidak pernah didisain oleh Tuhan untuk memiliki energi seks dalam bentuk apapun dalam jiwa (dan tubuh) mereka. Kekerasan seksual ini, entah datangnya dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua (secara eksplisit atau halus), dapat meninggalkan berbagai macam bentuk atau intensitas kehancuran yang berbeda. Ini dapat dilihat dari bagaimana perasaan seorang anak terhadap tubuhnya, rasa dilindungi, kemampuan untuk percaya, dan keamanan dirinya.

Banyak anak-anak yang mengalami pelecehan seks sebagai remaja merasa bersalah dan bertanggung jawab secara pribadi, terutama jika timbul perasaan nikmat dalam diri mereka. Yang lebih menghancurkan adalah kebenaran yang menyedihkan bahwa keinginan yang wajar akan kasih, kepedulian dan perhatian dipenuhi secara tidak wajar oleh pelaku pelecehan itu. Setiap orang dewasa bertanggung jawab atas energi seks mereka dan bertanggung jawab untuk tidak menyalahgunakan kekuatan mereka dengan melampaui batasan-batasannya. Hal ini benar, tidak peduli usia anak itu berapa, atau bagaimana mereka bersikap terhadap orang dewasa, atau apa yang menjadi kebutuhan emosi anak itu.

2.3 Pemulihan

Mendefinisikan pelecehan adalah jauh lebih mudah dari pada meringkas proses kesembuhan. Hal itu disebabkan karena pelecehan berdampak pada setiap segi kehidupan seseorang dan tidak ada proses yang cepat bagi kesembuhan jiwa. Pada saat yang sama, kesembuhan itu sederhana. Kesembuhan itu termasuk menerapkan kuasa Yesus yang memulihkan atas kehancuran yang terjadi, dan mendorong korban untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan jati dirinya sendiri yang sebenarnya.

2.4 Merespons Anak yang Mengalami Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual terjadi di kota kita, di kampung kita, di dalam keluarga kita, bahkan di tempat yang dianggap kental nilai religiusnya, seperti di lingkungan gereja atau pesantren.

Syukurlah, media kini semakin peduli, tetapi perlu disertai kesiapan dari pihak kita untuk menyikapi. Kita perlu merespons secara bijak ketika mendengar ungkapan anak mengenai pelecehan yang dialaminya.

Iinilah langkah awal yang penting. Jika respons kita salah, pelecehan tak akan pernah diungkapkan lagi dan anak-anak kita semakin menderita.

2.5 Tanda terjadi pelecehan seksual

Patricia A Moran dalam buku Slayer of the Soul, 1991, mengatakan, menurut riset, korban pelecehan seksual adalah anak laki-laki dan perempuan berusia bayi sampai usia 18 tahun. Kebanyakan pelakunya adalah orang yang mereka kenal dan percaya.

Gejala seorang anak yang mengalami pelecehan seksual tidak selalu jelas. Ada anak-anak yang menyimpan rahasia pelecehan seksual yang dialaminya dengan bersikap “manis” dan patuh, berusaha agar tidak menjadi pusat perhatian.

Meskipun pelecehan seksual terhadap anak tidak memperlihatkan bukti mutlak, tetapi jika tanda-tanda di bawah ini tampak pada anak dan terlihat terus-menerus dalam jangka waktu panjang, kiranya perlu segera mempertimbangkan kemungkinan anak telah mengalami pelecehan seksual.

2.6 Tanda dan indikasi ini diambil Jeanne Wess dari buku yang sama:

Balita

Tanda-tanda fisik, antara lain memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi kencing, penyakit kelamin, dan sakit kerongkongan tanpa penyebab jelas bisa merupakan indikasi seks oral.

Tanda perilaku emosional dan sosial, antara lain sangat takut kepada siapa saja atau pada tempat tertentu atau orang tertentu, perubahan kelakuan yang tiba-tiba, gangguan tidur (susah tidur, mimpi buruk, dan ngompol), menarik diri atau depresi, serta perkembangan terhambat.

Anak usia prasekolah

Gejalanya sama ditambah tanda-tanda berikut:

Tanda fisik: antara lain perilaku regresif, seperti mengisap jempol, hiperaktif, keluhan somatik seperti sakit kepala yang terus-menerus, sakit perut, sembelit.

Tanda pada perilaku emosional dan sosial: kelakuan yang tiba-tiba berubah, anak mengeluh sakit karena perlakuan seksual.

Tanda pada perilaku seksual: masturbasi berlebihan, mencium secara seksual, mendesakkan tubuh, melakukan aktivitas seksual terang-terangan pada saudara atau teman sebaya, tahu banyak tentang aktivitas seksual, dan rasa ingin tahu berlebihan tentang masalah seksual.

Anak usia sekolah

Memperlihatkan tanda-tanda di atas serta perubahan kemampuan belajar, seperti susah konsentrasi, nilai turun, telat atau bolos, hubungan dengan teman terganggu, tidak percaya kepada orang dewasa, depresi, menarik diri, sedih, lesu, gangguan tidur, mimpi buruk, tak suka disentuh, serta menghindari hal-hal sekitar buka pakaian.

Remaja

Tandanya sama dengan di atas dan kelakuan yang merusak diri sendiri, pikiran bunuh diri, gangguan makan, melarikan din, berbagai kenakalan remaja, penggunaan obat terlarang atau alkohol, kehamilan dini, melacur, seks di luar nikah, atau kelakuan seksual lain yang tak biasa.

Bagaimana jika anak buka rahasia?

Jagalah, jangan sampai anak terkejut oleh respons Anda.

Jika anak membuka rahasia, penting menyadari reaksi Anda dan anak itu sendiri. Anda perlu tahu apa yang mesti dilakukan. Mendengar apa yang dialami anak mungkin kita merasa marah, terkejut, dan bingung. Semua itu adalah reaksi yang normal untuk Anda. Tetapi, Anda harus menjaga jangan sampai anak terkejut oleh respons kuat Anda.

Jika Anda dikuasai perasaan Anda sendiri, bicaralah kepada rekan yang Anda percayai. Kalau Anda merasa tak mampu berbicara dengan si anak, minta tolong ahli untuk mengolah perasaan Anda sendiri dan memintanya berbicara dengan si anak.

Percaya apa yang dikatakan anak.

Ketika anak-anak membuka rahasia pelecehan yang dialami, hampir semua dipastikan mengandung kebenaran. Mereka kadang mengatakan sedikit apa yang terjadi untuk melihat bagaimana reaksi kita. Kalau anak tampak kacau dan ceritanya tak logis, itu wajar. Perlihatkan kepada anak bahwa menceritakan hal itu adalah perbuatan benar. Jangan desak anak untuk menceritakan detail pengalamannya.

Anak harus diyakinkan bahwa dia tak bersalah. Hal ini dalam kenyataan tak mudah. Berhati-hatilah, jangan perlihatkan ekspresi marah Anda terhadap pelaku. Sebaiknya kita membedakan antara orang dan kelakuannya.

Jika berbicara dengan anak, gunakanlah bahasa anak, jangan meletakkan kata-kata kita kepada anak. Persepsi kita kerap berbeda dengan anak. Perlihatkan kepada anak kesungguhan Anda untuk mendukungnya.

Pelecehan seksual anak adalah tindak kriminal. Di sini tidak berlaku hukum kerahasiaan. Katakan kepada anak bahwa Anda akan menyampaikan cerita itu kepada orang lain demi keselamatan anak. Jangan buat janji untuk merahasiakannya. Pastikan anak merasa aman.

Akhirnya, tidak berbuat apa-apa ketika mendengar pelecehan terjadi adalah salah. Anak-anak mempunyai hak untuk tumbuh aman dan sehat. Sebagaimana judul bukunya, Slayer of the Soul, Child Sexual Abuse and The Catholic Church, Stephen J Sossetti dengan tepat mengatakan, dampak pelecehan seksual pada anak adalah membunuh jiwa. Masalah ini tidak hanya urusan para konselor dan terapis, melainkan kita semua. Kepekaan kita atas tanda-tanda pelecehan seksual dan tahu bagaimana meresponsnya kiranya akan sangat membantu ke arah berhentinya pelecehan.

2.7 Tips Agar Anak Anda Terhindar dari Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual terhadap anak selain dapat berdampak secara fisik, juga bisa menimbulkan efek trauma selama bertahun-tahun, atau bahkan seumur hidup.

Salah seorang korban pelecehan terhadap anak adalah Baekhuni atau yang akrab di panggil "Babe" (51). Babe kemudian melakukan sodomi terhadap 14 anak karena sewaktu umur 15 tahun dia sempat menjadi korban sodomi oleh orang yang lebih tua.

Anda tentu tidak ingin hal tersebut terjadi pada buah hati anda. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar buah hati terhindar dari pelecehan. Seperti yang dikutip dari Humas Polda Metro Jaya, berikut sejumlah tips untuk menghindari pelecehan seksual terhadap anak.

1. Tidak ada rahasia;

Ajarkan si kecil untuk selalu terbuka dalam menyampaikan perasaannya. Buat dia selalu bercerita perasaannya baik saat senang, sedih, takut dan gembira. Hal ini membuatnya tidak akan merahasiakan hal sekecil apapun dari Anda, termasuk perlakuan yang diterimanya dari orang sekelilingnya. Dengan begitu Anda tahu siapa saja yang ia temui dan dekat dengannya.

2. Jangan memakaikan aksesori yang terdapat namanya;

Hindari memakaikan aksesori yang terdapat nama buah hati saat ia bermain di taman atau tempat bermain, dan Anda tidak memperhatikannya dengan seksama. Bisa saja ada orang yang menghampiri dan menyebutkan namanya, kemudian berkata bahwa ia sedang dicxdari Anda. Buah hati pun bisa langsung menurutinya karena merasa orang asing tersebut tahu namanya.

3. Ajarkan fungsi dan nama dari tiap organ tubuhnya;

Ajarkan sedini mungkin fungsi dan nama dari setiap organ tubuhnya termasuk organ vitalnya. Tidak masalah jika ia menyebut vagina, penis atau payudara, karena memang itulah namanya.

Hindari menggunakan istilah untuk menyebut organ vitalnya, hal itu malah bisa membuatnya bingung. Katakan pada buah hati organ intim yang mereka miliki harus dijaga baik-baik dan tidak boleh dipegang sembarang orang dan jika ada yang memegangnya ajarkan pada si kecil untuk berteriak dan lari sekencang-kencangnya.

4. Kondisikan situasi;

Jika buah hati sudah cukup umur dan bisa mengerti buatlah cerita dengan awalan pertanyaan "bagaimana jika". Misalnya, "bagaiman jika ada orang dewasa yang kamu tidak kenal memberikan permen". Jika jawaban si kecil menerima permen dan akan bermain bersamanya segera katakan padanya bahwa hal itu berbahaya.

Buatlah buah hati mengerti bahwa situasi tersebut membahayakannya, dengan menyebutkan kemungkinan yang ada seperti bisa saja ia diculik atau disakiti dengan orang asing tersebut.

3. Penutup

Saat ini semakin banyak terdengar kasus pelecehan seksual terhadap anak. Sebagian besar pelakunya justru orang-orang dekat yang dikenal oleh anak. Orang tua perlu membentengi anak dengan bekal pengetahuan yang cukup jika ada orang yang akan berbuat tidak senonoh terhadapnya. Ada beberapa hal yang perlu diberitahukan kepada anak agar terhindar dari kekerasan seksual, sejak anak berusia 2-4 tahun : Pertama, anak harus dibritahukan agar jangan berbicara atau menerima pemberian dari orang asing. Anak juga harus selalu meminta izin orang tua jika akan pergi. “ Katakan pada anak bahwa mereka harus segera melaporkan kepada bapak atau ibunya apabila ada orang yang menyentuh alat kelamin atau tubuh mereka dengan cara yang tidak mereka sukai. Katakan juga agar anak berteriak atau kabur jika merasa terancam oleh orang yang tak dikenal. Agar anak dapat memahami bahwa orang lain dapat melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan kepada dirinya berkaitan dengan perbuatan seksual dan upaya anak dapat memahami hal tersebut, pengenalan bagian tubuh kepada anak mutlak dilakukan. Orang tua juga perlu mengajarkan anak mengenal perbedaan bagian tubuh anak laki-laki dan perempuan. Kemudian ajarkan kepada anak mengenai nilai, batasan, dan aturan yang di anut oleh keluarga yang seharusnya dihormati.



Daftar Pustaka

http://id.shvoong.com/humanities/1759666-hindari-pelecehan-seksual-terhadap-anak/

http://www.tribunnews.com/2011/02/16/tips-agar-anak-anda-terhindar-dari-pelecehan-seksual

http://telegraphdays.com/kosmo/pendidikan/437-awas-pelecehan-seksual-pada-anak.html

http://www.kesrepro.info/?q=node/194

http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Pelecehan%20Seksual%20pada%20Remaja%20dan%20Anak-anak&&nomorurut_artikel=385

http://rathikumara.blogspot.com/2009/02/tips-menghindari-terjadinya-pelecehan.html